Sabtu, 23 Februari 2013

Contoh Pidato


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
           Kepada yang terhormat bapak dan ibu guru SMA Negeri 5 Kota Serang, dan teman-teman yang saya cintai. Pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Tuhan yang mengajari kita ilmu dengan pena dan mengajari manusia atas apa-apa yang tidak diketahui. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita, manusia yang paling mulia, Nabi besar Muhammad saw, berikut seluruh keluarga dan sahabat-sahabat beliau.  Amma Ba’du
          Seorang ahli dalam bidang membaca, pernah mengungkapkan bahwa “Anda adalah apa yang anda baca”. Artinya adalah kita mengetahui siapa atau bagaimana kualitas seseorang itu dari apa yang dibacanya. Lebih jauh lagi, apakah dia suka membaca atau tidak, apakah dia punya banyak buku atau tidak, dan apakah dia membaca buku yang bermanfaat atau tidak. Semuanya itu menentukan siapa dia.
           Teman-teman yang saya cintai, kita tahu bahwa negara kita menduduki peringkat yang rendah dalam hal sumber daya manusia diantara negara-negara lain. Salah satu sebabnya adalah kebiasaan membaca yang belum membudaya pada masyarakat kita. Belum terbiasa bagi masyarakat kita untuk mentradisikan membaca. Padahal, dengan membaca maka terbukalah informasi, pengetahuan, kreativitas, dan segala hal yang bermanfaat. Dengan kata lain, membaca membuat pencerahan bagi masyarakat suatu bangsa dan dengan membaca pun kita dapat menambah wawasan.
             Dalam kenyataannya, hanya sekian persen dari seratus juta lebih penduduk Indonesia yang membudayakan membaca sebagai tradisi intelektual. Hampir dapat dipastikan, dalam aktivitas keseharian masyarakat kita, tidak ada jadwal atau jam khusus untuk membaca.
          Apa boleh buat, budaya kita masih didominasi oleh lisan-dengar. Belum terbentuk budaya baca-tulis. Mungkin karena budaya baca-tulis tidak secara langsung membawa manfaat. Bagaimanapun, kerangka berpikir  seperti ini harus diluruskan. Budaya baca-tulis sudah semestinya ditumbuhkan.
         Satu hal lagi, keluarga sebagai unit yang strategis untuk membudayakan masyarakat baca, belum memenuhi fungsinya. Berapa banyak orang tua yang berusaha membangun kebiasaan membaca sehingga menjadi contoh bagi anak-anaknya? Adakah waktu untuk kegiatan membaca bersama dalam satu keluarga, misalnya satu jam dalam sehari?
         Teman-teman yang saya cintai, merupakan suatu kenyataan yang tak terbantahkan bahwa ciri negara maju antara lain ditandai dengan masyarakatnya yang akrab dengan membaca. Mereka sadar, bahwa dengan membaca dapat membawa perubahan dan pencerahan. Jepang merupakan contoh yang bagus tentang ini.  Budaya baca sudah tertanam begitu kuat. Misalnya, orang jepang hampir dapat dipastikan ke mana pun mereka pergi, selalu membawa buku untuk di baca. Di mana pun mereka ada, tampak mereka sedang membaca. Sesempit apapun waktu, mereka isi dengan membaca. Karena itu, tak heran jika di halte-halte bus banyak orang membaca sambil menunggu bus tiba. Di dalam bus, di dalam kereta api, di dalam kendaraan pribadi, mereka selalu membaca. Pada saat para pegawai pulang dari bekerja, mereka berhamburan ke toko buku. Bukan restoran, toko pakaian, atau mal yang mereka tuju. Tak aneh, jika  jepang tampil sebagai negara yang paling depan dalam banyak hal.
           Bagi masyarakat di negara maju, membaca bukan lagi sebagai suatu keharusan atau sebagai tradisi intelektual, melainkan sudah merupakan kebutuhan. Tak ada bedanya dengan kebutuhan kita akan makan, pakaian, dan perumahan.
           Kesadaran akan pentingnya membaca, baik bagi kemajuan pribadi maupun bangsa, sudah lama tertanam pada bangsa-bangsa lain. Bangsa kita, mungkin baru merintis ke arah itu. Setidaknya ini tampak dari hasil beberapa survey yang menunjukkan bahwa lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi daripada membaca. Ini juga menunjukkan bahwa  budaya pandang-dengar dan lisan –dengar lebih kuat dari pada budaya baca-tulis. Suatu hal yang terbalik kenyataannya dengan negara-negara maju
             Untuk menumbuhkan minat membaca, keluarga sebagai unit terkecil masyarakat  memegang peranan penting. Sejak dini orang tua sebaiknya mengakrabkan anak-anaknya dengan buku. Sangat baik jika dalam satu keluarga ada perpustakaan pribadi. Sudah saatnya hadiah ulang tahun atau penghargaan atau prestasi sekolah anak-anak diberikan dalam bentuk buku. Sekali dalam sebulan misalnya, orang tua mengajak anak-anak ke toko buku dan membelikan buku. Dalam hal ini orang tua berfungsi sebagai model atau teladan membaca bagi anak-anaknya. Kelak, ketika anak-anak itu dewasa, niscaya akan lahir masyarakat membaca, yang pada gilirannya dapat membudayakan membaca di negara kita.
           Teman-teman yang saya cintai, jadi, ternyata demikian penting dan bermanfaat membaca itu. Seseorang yang gemar membaca berarti ia mengembangkan potensi intelektualnya dan memajukan bangsanya, langsung atau tidak langsung.
       Sekian yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf,. Wabillahi taufik walhidaiyah.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar