Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Kepada yang terhormat bapak dan ibu
guru SMA Negeri 5 Kota Serang, dan teman-teman yang saya cintai. Pertama-tama
marilah kita ucapkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Tuhan yang mengajari
kita ilmu dengan pena dan mengajari manusia atas apa-apa yang tidak diketahui.
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita, manusia
yang paling mulia, Nabi besar Muhammad saw, berikut seluruh keluarga dan
sahabat-sahabat beliau. Amma
Ba’du
Seorang ahli dalam bidang membaca,
pernah mengungkapkan bahwa “Anda adalah apa yang anda baca”. Artinya adalah
kita mengetahui siapa atau bagaimana kualitas seseorang itu dari apa yang
dibacanya. Lebih jauh lagi, apakah dia suka membaca atau tidak, apakah dia
punya banyak buku atau tidak, dan apakah dia membaca buku yang bermanfaat atau
tidak. Semuanya itu menentukan siapa dia.
Teman-teman yang saya cintai, kita
tahu bahwa negara kita menduduki peringkat yang rendah dalam hal sumber daya manusia
diantara negara-negara lain. Salah satu sebabnya adalah kebiasaan membaca yang
belum membudaya pada masyarakat kita. Belum terbiasa bagi masyarakat kita untuk
mentradisikan membaca. Padahal, dengan membaca maka terbukalah informasi,
pengetahuan, kreativitas, dan segala hal yang bermanfaat. Dengan kata lain,
membaca membuat pencerahan bagi masyarakat suatu bangsa dan dengan membaca pun
kita dapat menambah wawasan.
Dalam kenyataannya, hanya sekian
persen dari seratus juta lebih penduduk Indonesia yang membudayakan membaca
sebagai tradisi intelektual. Hampir dapat dipastikan, dalam aktivitas
keseharian masyarakat kita, tidak ada jadwal atau jam khusus untuk membaca.
Apa boleh buat, budaya kita masih
didominasi oleh lisan-dengar. Belum terbentuk budaya baca-tulis. Mungkin karena
budaya baca-tulis tidak secara langsung membawa manfaat. Bagaimanapun, kerangka
berpikir seperti ini harus diluruskan.
Budaya baca-tulis sudah semestinya ditumbuhkan.
Satu hal lagi, keluarga sebagai unit
yang strategis untuk membudayakan masyarakat baca, belum memenuhi fungsinya.
Berapa banyak orang tua yang berusaha membangun kebiasaan membaca sehingga
menjadi contoh bagi anak-anaknya? Adakah waktu untuk kegiatan membaca bersama
dalam satu keluarga, misalnya satu jam dalam sehari?
Teman-teman yang saya cintai,
merupakan suatu kenyataan yang tak terbantahkan bahwa ciri negara maju antara
lain ditandai dengan masyarakatnya yang akrab dengan membaca. Mereka sadar,
bahwa dengan membaca dapat membawa perubahan dan pencerahan. Jepang merupakan
contoh yang bagus tentang ini. Budaya
baca sudah tertanam begitu kuat. Misalnya, orang jepang hampir dapat dipastikan
ke mana pun mereka pergi, selalu membawa buku untuk di baca. Di mana pun mereka
ada, tampak mereka sedang membaca. Sesempit apapun waktu, mereka isi dengan
membaca. Karena itu, tak heran jika di halte-halte bus banyak orang membaca
sambil menunggu bus tiba. Di dalam bus, di dalam kereta api, di dalam kendaraan
pribadi, mereka selalu membaca. Pada saat para pegawai pulang dari bekerja,
mereka berhamburan ke toko buku. Bukan restoran, toko pakaian, atau mal yang
mereka tuju. Tak aneh, jika jepang
tampil sebagai negara yang paling depan dalam banyak hal.
Bagi masyarakat di negara maju,
membaca bukan lagi sebagai suatu keharusan atau sebagai tradisi intelektual,
melainkan sudah merupakan kebutuhan. Tak ada bedanya dengan kebutuhan kita akan
makan, pakaian, dan perumahan.
Kesadaran akan pentingnya membaca,
baik bagi kemajuan pribadi maupun bangsa, sudah lama tertanam pada
bangsa-bangsa lain. Bangsa kita, mungkin baru merintis ke arah itu. Setidaknya
ini tampak dari hasil beberapa survey yang menunjukkan bahwa lebih banyak waktu
yang dihabiskan untuk menonton televisi daripada membaca. Ini juga menunjukkan
bahwa budaya pandang-dengar dan lisan
–dengar lebih kuat dari pada budaya baca-tulis. Suatu hal yang terbalik
kenyataannya dengan negara-negara maju
Untuk menumbuhkan minat membaca,
keluarga sebagai unit terkecil masyarakat
memegang peranan penting. Sejak dini orang tua sebaiknya mengakrabkan anak-anaknya
dengan buku. Sangat baik jika dalam satu keluarga ada perpustakaan pribadi.
Sudah saatnya hadiah ulang tahun atau penghargaan atau prestasi sekolah
anak-anak diberikan dalam bentuk buku. Sekali dalam sebulan misalnya, orang tua
mengajak anak-anak ke toko buku dan membelikan buku. Dalam hal ini orang tua
berfungsi sebagai model atau teladan membaca bagi anak-anaknya. Kelak, ketika
anak-anak itu dewasa, niscaya akan lahir masyarakat membaca, yang pada
gilirannya dapat membudayakan membaca di negara kita.
Teman-teman yang saya cintai, jadi,
ternyata demikian penting dan bermanfaat membaca itu. Seseorang yang gemar
membaca berarti ia mengembangkan potensi intelektualnya dan memajukan
bangsanya, langsung atau tidak langsung.
Sekian yang dapat saya sampaikan, kurang
lebihnya saya mohon maaf,. Wabillahi taufik walhidaiyah.
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar