Selamat
pagi pemirsa, kembali bersama saya Cintia Risma Yuliani, di acara Seputar
Indonesia, untuk mengabarkan berita-berita yang teraktual tajam dan terpercaya,
yang kami rangkum dalam Seputar Indonesia Pagi ini.
Dari
dua skenario pengurangan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, pemerintah
lebih memilih untuk menaikan harga bbm sebesar Rp1.500 per liter menjadi
Rp6.000 per liter. Cara ini ditempuh pemerintah agar cepat dan tidak menguras
energi.
Menteri
Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa menjelaskan ada dua alasan kuat mengapa
pemerintah memilih menaikan harga BBM menjadi Rp6.000 per liter dalam rancangan
APBN-Perubahan dibandingkan memberikan subsidi tetap Rp2.000 per liter sehingga
membuat harga premium dan solar berfluktuatif mengikuti harga pasar.
Menurut
Hatta Rajasa ada beberapa pendapat dari DPR dan pengamat energi jika pemerintah
memberikan subsidi Rp2.000 per liter dari harga keekonomian premium dan solar,
maka dianggap melanggar Undang-Undang Migas Nomor 22 tahun 2001. Dalam UU
tersebut, harga BBM bersubsidi ditetapkan pemerintah dan tidak menggunakan
harga keekonomian.
"Padahal
menurut kami tidak, karena ada unsur subsidi di dalamnya sehingga harganya
dibawah harga pasar. Namun, kami tidak mau energi kami terkuras untuk berdebat
di hal tersebut," kata Hatta dalam pertemuan dengan pemimpin media massa
di Jakarta, Rabu malam 7 Maret 2012.
Alasan
kedua, lanjutnya, jika pemerintah memilih untuk menggunakan subsidi tetap maka
akan memberikan ruang dan peluang untuk penimbun BBM. Jika orang yang pintar
memprediksi harga minyak naik bulan depan, maka orang akan berspekulasi untuk
menimbun bbm untuk meningkatkan keuntungan.
Kenaikan
harga BBM ini tidak dapat dihindari oleh pemerintah untuk menyelamatkan APBN.
Ia menjelaskan dalam awal tahun pemerintah memang telah menyatakan tidak akan
menaikkan harga bbm di 2012 ini dan fokus untuk menerapkan pembatasan BBM
subsidi,
Namun,
perkembangan harga minyak dunia yang tidak terduga memberikan tekanan terhadap
fiskal Indonesia sehingga pemerintah memutuskan untuk mempercepat APBN-P 2012
karena dalam APBN 2012 pemerintah tidak diberikan ruang untuk menaikkan harga
BBM. "Ini yang menimbulkan kesan pemerintah ragu-ragu untuk menaikan harga
bbm, padahal tidak," katanya.
Hatta
menjelaskan pemerintah menempuh kebijakan yang tidak populer ini untuk
menyelamatkan perekonomian Indonesia karena cadangan devisa Indonesia terus
turun akibat lonjakan harga minyak.
"Begitu
terlihat fiscal policy tidak kredibel dan tekanan terlalu besar, maka yang
terkena, yakni market confident, di mana investor akan lari. Ini secara
keseluruhan bisa menyulitkan perekonomian dalam negeri," katanya.
Berita
tadi menutup acara Seputar Indonesia Pagi ini, saya Cintia Risma Yuliani
mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar